Curat Coret di Kelulusan Akibat Buruk Tafsir Sejarah
Memang benar bahwa tahun 90-an adalah masa-masa penuh warna. Di mana kita semua, khususnya anak-anak yang masih asik melakukan permainan tradisional super seru ataupun dimanjakan dengan berbagai tontonan kartun favorit. Warna-warni tahun 90-an itu ternyata juga dapat dilihat dari seragam siswa-siswi SMA. Menurut penuturan salah satu dosen di kota pelajar, Yogyakarta, sebelum tahun 1990, tidak ada pelajar yang melakukan aksi corat-coret seragam dan konvoi jalanan.
Barulah setelah Ebtanas diberlakukan, budaya semacam itu mulai terbentuk. Sistem Ebtanas di kala itu dianggap sebagai beban oleh banyak anak sekolah. Maka dari itu setelah dinyatakan berhasil, mereka mengungkapkan rasa bebasnya dengan mencorat-coret seragam. Selain itu, kebiasaan tersebut juga disebut-sebut sebagai bentuk protes karena murid-murid zaman dahulu terkesan terlalu patuh. Itulah kemudian mereka menganggap corat-coret seragam sebagai salah satu simbol kebebasan siswa yang telah lolos dari beban ujian.
Tapi pada antara tahun 1996 sampai 1997, nampaknya keinginan mereka untuk mewarnai seragam sekolah ini menjadi tak terbendung. Pada tahun tersebut, kebanyakan sekolah memilih untuk mengirim pengumuman ke rumah masing-masih siswa. Dan bukannya menunggu pengumuman tiba, mayoritas siswa masih tetap saja nekat mengunjungi sekolah dan mulai bermain coret-coret. Sejak itulah kemudian ada golongan siswa yang mulai menerapkan coret-coret meskipun pengumuman kelulusan belum mereka terima.
Menurut berbagai sumber di internet, sejarah Curat coret baju seragam dimoment kelulusan berawal di tahun 1969, atau dikenal dengan Spirit of sixtynine, dikatakan berawal dari Sekolah Menengah Atas (SMA) daerah Mongondow, sekarang Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Sempat terpikir ketika itu apakah sudah ada cat yang mudah disemprotkan atau spidol yang gampang dibeli atau ditemukan? Konon katanya ada merek spidol Stonnkol, asingkan dengarnya? Langsung saja.
Terjadilah peristiwa memilukan, ketika itu ada satu orang perempuan yang tidak tercatat pada papan pengunguman (tempat ditempelnya nama-nama siswa yang lulus). Bisa kita bayangkan orang satu-satunya yang tidak lulus dari sekian banyak teman lulus, terjadi pada seorang yang memang terbilang lumayan pintar dan dipandang oleh teman-temannya dia akan lulus tanpa kendala. Rasa malu, benci, minder, terpuruk semuanya bercampur aduk bisa kita bayangkan.
Seperti yang diceritakan sumber pada Arus Utara, sia setelah tau tidak lulus lamgsung memisahkan diri dari kerumunan dan menyendiri di sudut sekolah. Teman-temannya yang baru sadar akan kejadian itu tidak menyangka sama sekali, sebab taman mereka yang jauh lebih bodoh darinya lulus.
Mereka lalu hendak menghampiri yang bertujuan untuk menenangkan dan memberi semangat, tp ternyata pada waktu itu sosok yang mereka tuju sudah tidak berada di tempat. Lantas pada waktu itu mereka inisiatif mempertanyakan pengunguman kelulusan itu ke pihak sekolah melalui orang yang mereka tuakan (biasanya siswa aktif dan pintar), berharap ada kesalahan cetak ternyata pihak sekolah tetap pada keputusannya bahwa siapa saja yang tidak tertera pada pengunguman aiawa tersebut dinyatakan tidak lulus.
Senyuman kini berubah menjadi cemberut masal, ditambah dengan kebingungan mencari temannya yang belum diketemukan. Mereka berpikir buruk, takut terjadi sesuatu seperti mengakhiri hidup, hemm. Kepanikan terjadi. Padahal siswi itu tetap berada di sekolah cuman keberadaannya tersembunyi karena berada di bawah pohon rindang dekat antar WC dan Gudang.
Tanpa disadari entah dari mana seorang siswa (mungkin mau ke WC) menghampiri, mendekati dan berkata "jangan malu apa lagi berputus asa, aku juga gak lulus ko, kita senasib", suara itu memecah tangis yang mengguyur tanpa henti.
"Bohong, aku tau, aku hanya orang satu-satunya yang tidak lulus di sekolah ini!" Bentakan dari siswi itu, siswa itu lalu memegang tangan dan merangkul siswi tersebut, "apalah arti kelulusan dibandingkan dengan dirimu?". Ternyata siswa itu adalah sosok cowok paling cool dan rebutan siswi pada waktu itu, ternyata keduanya sudah lama memendam rasa tapi belum pernah terungkapkan, moment inilah yang memberikan peluang memgungkapkan hati dua sejoli.
Di luar sana teman mereka yang sudah panik karena belum bisa menemukan siswi tidak lulus tersebut, akhirnya memutuskan untuk berkumpul di tengah kota (sekarang Bundaran Paris). Bersamaan dengan itu dua sejoli tersebut berjalan melewati tengah kota denga raut wajah berseri, menjadi pusat perhatian ratusan siswa yang sedang berkumpul.
Serentak mereka kaget, gembira sekaligus aneh dan heran, lamgsung semuanya menghampiri dan bertanya kabar (ua bisa kalian bayangkan apa kata-kata yang disampaikan). Saambil tersenyum siswi itu berkata " silahkan menulis nama-nama kalian di seragam sebagai ungkapan perpisahan dan undangan untuk pernikahan kami bulan depan", sambil memegang tangan laki-laki yang bersamanya.
Wow, sungguh dramatis ya? Tp bukan endingnya yang saya pesankan, tapi apakah kalian (anak-anaku/adik-adiku) masih mau melakukan kebiasaan yang sudah terlanjur dilakukan oleh pendahulu kalian setelah tau sejarahnya seperti ini? Bergembira dan merayakan kelulusan memang sangat wajar karena itu merupakan ungkapan rasa syukur kita terhadap Tuhan, orangtua, guru dan semangat juang selama tiga tahun berjuang mendapatkan Ilmu. Masih banyak cara perayaan kelulusan yang lebih beradab dan bermanfaat, seperti mendonasikan seragam kita untuk siswa lain yang membutuhkan, dan saya percaya kalian lebih kreatif dan inovatif masalah perayaan
Kutipan puisi Chairil Anwar "sekali berarti, sudah itu mati!", Maka gunakan waktu/moment kalian untuk hal-hal yang berarti bahagia untuk diri, berarti untuk semuanya; warna warni bukan berarti mengotori; hidup sesungguhnya baru kalian mulai. Semangat ...
Jangan lakukan Vandalisme!!
Sumber: banyak referensi di Internet termasuk Uwin Mokodongan.
Instagram:
Facebook:
Youtube:
2 Replies to “Kerajaan Tarumanegara”